Annyeong uri chingudeul^^
Aku datang membawa FF baru yang masih
fresh dari folderku di compy. Dan masih fresh juga di sini. Karena, ini adalah
FF pertama yang selesai setelah berbulan-bulan hiatus dari dunia per-FF-an.
Kali ini, aku tidak mengusut genre romance
seperti biasanya. Dan ini kubuat berdasarkan perasaanku yang tengah dilanda
rindu *ciee.. Oleh sahabat-sahabatku..
Dan pertama kali juga, aku mengambil
cast dari member SNSD. Semoga semuanya, sone khususnya, merasa terhibur oleh
FFku ini. Tapi, mianhe jika ada beberapa
yang tidak pas dengan karakter aslinya. Karena aku hanya meminjam namanya
saja..
Oke, Let’s read it…
Enjoy… ^^
Title : Nae
Chingu, bogoshipda
Author : Muna Arakida aka HyeRim
Length : OneShoot
Rate : G
Genre :
Friendship, School Life
Cast : Kim
Tae Yeon
Seo Joo Hyun
Im Yoon Ah
Choi Soo Young
Disclaimer :
The story is always mine. This is real my imagination. And i try uses character with SNSD’s member. So,
sorry if (there are) any something that wrong. Please gives criticism well. Don't become
plagiarism!! Don’t bash!!
~~~NAE
CHINGU, BOGOSHIPDA~~~
==PRESENT==
All
about TaeYeon POV
Pagi ini aku merasa tak
bersemangat. Entah kenapa, tapi, akhir-akhir ini aku kacau. Sebagai seorang
siswi dari Seoul High School tingkat dua,
seharusnya aku sudah tidak bisa bersantai-santai seperti pada tingkat lalu. Dan
seharusnya aku juga semakin mempererat sebuah ikatan tali persahabatan dengan
ketiga chingu-ku. Seharusnya.
Nyatanya,
aku semakin merasa jauh dari sebuah jalinan cinta yang baru mengijak empat
tahun ini. Baru umur jangung persahabatan ini, tapi renggangan terasa seperti
popcorn yang meletup-letup—yang telah terpisah dan sibuk dengan transformasinya
dari butiran kuning keputihan yang masih keras menjadi cemilan yang biasanya
menemaniku dan sahabat-sahabatku itu saat menonton film bersama.
Apakah
karena kesibukan masing-masing? Memang, kami memilih sekolah menengah atas yang
berbeda. Seo Joo Hyun, temanku yang kelihatan kalem dari luar—padahal kalau
sudah berbicara, bagaikan kereta express pakai jet—memilih bersekolah di Sunhwa Art High
School. Sedangkan Kirin Arts High
School berhasil menarik perhatian
sahabatku yang hobi nge-dance sejak JHS dulu, Im Yoon Ah. Dan terakhir si
tomboy Choi Soo Young lebih memilih menjadi murid School of Performing
Arts Seoul.
Terakhir
kali kami berkirim kabar sebulan yang lalu, kecuali dengan Soo Young, karena
dia sering sekali ngacir di twitter, pasti aku mention dia. Dan mention
terakhirku itu seminggu yang lalu. Fuhh….
Sebelum berangkat sekolah, aku membuka
twitter… Kuharap ada kabar dari mereka semua. Tapi, nihil.. Jadi kuputuskan
untuk mengetikan sesuatu… Kuharap mereka mau membalasnya. Kuharap.
~~~NAE
CHINGU, BOGOSHIPDA~~~
Lagi-lagi
tidak bisa konsentrasi dengan pelajaran Fisika. Entah hanya pendapatku saja,
atau karena keadaanku yang sedang badmood, Jung Seonsaengnim berubah menjadi
guru killer. Padahal, setahuku, dia tak seperti ini sebelumnya. Dulu, ia lebih
sabar dari sekarang, lebih ramah dari sekarang, dan tentunya tak ada bentakan
yang keluar dari bibir beliau—seperti yang barusan saja terjadi.
Atau
karena hawa dari cuaca musim panas ini yang lebih banyak digunakan orang-orang
berada di dalam ruangan ber-AC. Atau karena suasana kelasku yang susah
dibedakan mana yang suasana pasar tradisional atau suasana kelas nyaman
idamanku. Hmm…
Kuedarkan
pandanganku menyapu setiap sudut kelas ketika Jung Seonsaengnim tengah
menuliskan rumus-rumus—yang dalam pandanganku seperti huruf dan angka yang
tengah menari. Kulihat, banyak diantara mereka yang menguap lebar ataupun
mengipaskan lehernya dengan benda seadanya—padahal bisa dibilang kelasku full
AC. Tapi nyatanya, masih ada siswa yang berani membuka satu kancing baju
atasnya. Atau dia memang tidak merasakan dinginnya udara dari AC karena
kulitnya yang tebalnya dua kali lipat kulit normal sehingga menyebabkan rasa
kegerahannya itu juga menjadi dua kali lipat orang normal sepertiku.
Aku
kembali melihat ke depan, karena kurasa seonsaengnim berdeham kepadaku. Dan,
tadaa.. Dia membenarkan letak benda yang membingkai kedua matanya. Tautan
alisnya seperti dua garis yang jika disatukan akan membentuk lembah curam.
Aku
pun berpura-pura memainkan pulpen biruku layaknya sedang menulis sesuatu. Saat
dirasa beliau tengah melanjutkan acara menulis-di-papan-tulis-nya itu,
kudongkakkan kembali kepalaku yang keningnya penuh dengan keringat. Tunggu!
Keringat?? Bukankah ini ruangan full AC? Segera kuarahkan pandanganku ke arah
benda putih panjang yang berderet rapi di dinding kanan atas. Oh, pantas saja suasana
di sini bagaikan para musafir yang tengah kehausan di padang sahara.
Mati.
~~~NAE
CHINGU, BOGOSHIPDA~~~
Suasana
menjelang malam ini kunikmati dengan menyesap teh hijau yang dikirim langsung
oleh oppa-ku. Dia tengah berada di Jepang untuk melanjutkan pendidikannya di
salah satu universitas terkenal di sana. Padahal
di Seoul, banyak juga universitas terkenal bahkan sudah terjamin akademisnya
yang sudah diakui di segala penjuru dunia.
Memikirkan
oppa-ku, aku jadi merasa rindu dengan sahabat-sahabat anehku itu—yang sama
anehnya denganku, hihihi.. Karena, dulu, saat aku masih JHS, kami sering sekali
menonton film bersama ataupun meminta oppa-ku menjadi guru privat kami—free
tentunya, haha…
Atau
kami sama-sama hunting novel terbaru di beberapa toko buku di Seoul. Bahkan
pernah, kami rela pergi ke Busan demi novel terbaru dari penulis favorit kami.
Karena setelah kami browsing di berbagai toko buku di Seoul, stok itu
terjual sangat cepat. Sedangkan saat novel itu baru rilis dan masih banyak
stoknya, tabungan kami telah habis karena hobi karoke yang biasa kami lakukan
saat pulang sekolah—jika pelajaran membosankan.
Ya, bisa saja kami meminta uang
kepada orang tua kami masing-masing, tapi, kami mempunyai prinsip saat itu, ‘kami tidak boleh melibatkan fasilitas orang
tua untuk hobi kami kecuali kami berusaha untuk mendapatkannya dengan jerih
payah kami, menabung’. Lalu, kami mendengar kabar dari teman dunia maya
kami, di daerah tempatnya berada, masih menyediakan stok buku itu.
Sebenarnya,
bisa saja kami memintanya untuk mengirimkannya lewat paket express. Tapi, waktu
itu baru saja liburan sekolah dimulai. Dan kami sama sekali belum menyusun
rencana liburan seperti biasanya. Kebetulan juga, kami telah mengenal lama
teman dunia maya kami itu. Kami juga ingin sekali berjumpa dengannya, Kwon Yu Ri,
dari beberapa fotonya yang pernah ia upload pada jejaring social atau yang ia
kirim langsung ke email kami—kami mempunyai satu email khusus yang digunakan
untuk kami berempat.
Kami
juga sudah merasa mengenal dia dengan cukup baik. Karena terkadang, jika tengah
terjadi pertengkaran yang melingkupi kami semua, tak jarang dia membantu kami
agar mau berbaikan seperti sebelum terjadi masalah tersebut. Bisa dikatakan
sebagai penyelamat cinta kami..
Ternyata,
ada satu hal yang belum kami ketahui darinya. Dan pertama kali kami
mengetahuinya saat kami berkunjung ke rumahnya. Dia memang cantik seperti yang
telah kami lihat pada fotonya. Dia juga pintar seperti saat aku meminta ia
mengajariku tugas sastra—yang lagi-lagi membuatku kagum dengan kata-katanya
yang begitu indah dan tertata rapi.
Pernah
aku memintanya untuk video call atau mengobrol ditelpon. Tapi ia selalu
memintaku mengobrol lewat chat seperti biasa. Alasannya adalah takut. Dan ia
tak memberiku penjelasan akan perasaan ‘takut’-nya waktu itu. Dan saat kami
menemuinya langsung, kami baru tahu makna kata ‘takut’ yang selalu
menghantuinya itu.
Ya,
ia seorang yeoja cantik yang mengalami kekurangan fisik, tuna rungu. Ia dibantu
oleh sebuah alat yang ditempelkan pada kedua telinganya—seperti headset yang
biasa digunakan Soo Young ketika mendengarkan music favoritnya saat pelajaran
yang dirasanya membosankan di kelas. Tapi, ia masih memasang senyumnya yang
tulus disetiap perkataannya yang diperantara oleh kedua tangannya.
Dan
ia memang baik. Sangat baik. Selain ia menyambut kedatangan kami dengan suguhan
makanan yang terbilang banyak jika kami habiskan berempat, ternyata ia sudah
membelikan kami novel yang menjadi salah satu dari beberapa tujuan kami ke
Busan. Ia membelikan empat novel sekaligus. Padahal, niat kami, kami cukup
membelinya satu buah saja. Ketika kami bermaksud untuk mengganti uangnya yang
telah ia habiskan untuk membeli empat buah novel tersebut, ia menolaknya secara
halus. Alasannya, itu hadiah darinya.
Kami
habiskan beberapa hari dari jatah liburan sekolah kami bersama Yu Ri. Ia bahkan
bersedia menjadi pemandu dadakan untuk kami. Banyak tempat yang kami kunjungi.
Dan beberapa diantaranya belum pernah kami nikmati pemandangan yang sama
seperti yang kami lihat di Seoul.
Ia
bahkan mengenalkan kami sebagai teman lamanya saat ditanyai oleh beberapa
orang—yang kurasa dikenalnya dengan baik—saat kami tengah melewati atau pergi
ke tempat-tempat yang kami kunjungi. Ini membuatku terharu. Dia tak menganggap
perkenalan dan acara mengobrol yang biasanya dibatasi oleh sebuah dunia maya
itu sebagai basa-basi belaka. Ia benar-benar menganggap kami telah lama
mengenalnya dan bersama dengannya.
Saat
ada acara jamuan keluarga besarnya, ia juga menganggap kami sama seperti anggota
keluarga yang lainnya. Keluarganya pun juga demikian. Menganggap kami adalah
salah satu dari mereka—yang tinggal jauh dari mereka dan tengah mengunjungi
mereka.
Tak
sadar, siluet jingga yang tadi menemaniku telah berganti menjadi langit gelap
yang dihiasi lampu-lampu bangunan kota Seoul. Indah
jika dipandang dari balkon kamarku yang terletak dilantai tiga ini. Tak sadar
juga kalau cangkir keramik putih gading yang tengah ku pegang telah habis
isinya.
Udara
di luarpun juga terasa dingin. Terkadang, saat musim panas seperti ini, malam
hari justru terasa sedikit dingin. Dan perubahan cuaca seperti ini harus bisa
dihadapi dengan keadaan fisik yang baik jika tidak ingin menjadi sebuah
penyakit.
Kuputuskan
untuk membawa cangkir itu ke dalam bersama tubuhku yang terasa mulai tak
bertenaga. Seharian ini, aku telah berusaha untuk menjaga fisik serta mental
dan emosiku menghadapi situasi yang membuatku bertambah badmood.
Suasana
yang semakin sepi karena eomma dan appa sedang pergi ke luar kota untuk
mengurusi bisnis keluarga kami, semakin membuat keadaan rumah semakin sepi
karena oppa-ku sedang berada di luar negeri—yah, walaupun masih ada Lee
Ahjumma, asisten rumah tangga di rumah kami.
Dulu, biasanya jika keadaan rumahku
sedang sepi seperti ini, sahabat-sahabat kocak bin ajaib itu pasti akan membuat
kedua sudut bibirku terangkat ke atas. Dan kamarku telah penuh oleh canda tawa
kami. Dari obrolan ringan seperti suasana saat belajar di kelas sampai obrolan
yang semakin serius jika Seo Hyun sudah bercerita tentang sunbae kami yang
telah lama ditaksirnya.
Biasanya kami memberikan saran
untuk mendekati sunbae tersebut kepada si Keroro itu. Tapi, ia pandai berkelit
dengan alasan yang sudah bisa kami tebak, malu. Ishh.. Jika sudah seperti itu,
kami akan menjahilinya dengan bercerita tentang yeoja yang menjadi bahan gossip
yeoja-yeoja di sekolah. Menurut gossip tersebut, dia adalah cinta pertama
sunbae yang telah memikat perhatian Seo Hyun… Hahaha…
Mengingat itu, membuat buliran
bening terjun bebas mengaliri setiap permukaan kulit wajahku. Ya, itu yang
selalu terjadi jika aku mengingat semua kenangan indah yang telah kami lalui
bersama. Kenangan yang nantinya pasti akan menjadi bahan obrolan kami ketika
bertemu nanti. Tapi kapan??
Dddrrtt.. dddrrrttt..
dddddrrrrrttttt…..
Ponsel biruku yang berada di atas
nakas segera ku ambil. Saat aku melihat sebuat pesan, aku langsung menghapus
aliran air mataku. Ternyata sebuah pesan dari Soo Young..
From: Fun
Loving Princess^^
Yeon-ah…
Nado bogoshipdaaaaa….. Aku selalu menunggu kabar darimu. Karena aku tahu,
sekarang kamu semakin sibuk, apalagi kamu tengah mempersiapkan olimpiade kimia.
Chukhae, uri eomma :* Hwaiting!!^^
Buliran air mata kembali keluar
dari kedua sudut mataku, tapi senyumku semakin melebar. Aku senang mendapat
pesan itu. Walaupun baru Soo Young yang mengirimkannya, aku yakin, yang lain
juga pasti mengirimnya. Aku yakin itu..
Dddrrtt.. dddrrrttt..
dddddrrrrrttttt…..
Belum sempat aku membalas pesan
dari Soo Young tadi, ponselku kembali bergetar. Siapa??
From:
Youngest Princess :P
Ohh.. uri
eomma.. Nado jeongmal bogoshipda.. Dan akan selalu merindukan uri eomma yang
sedang sibuk mempersiapkan olimpiadenya,, chukhae eomma… *sodorin kue pake
lilin :D
Ini benar pesan dari Seo hyun?? Seo
Hyun yang kukenal bukan?? Kenapa bahasanya bisa tertata baik seperti ini,
kekeke..
Aku tersenyum ditengah buliran air
mata yang terus mengalir setelah membaca pesan dari Keroro menggemaskan itu.. Kurasa ia menjadi semakin dewasa, kekeke..
Dddrrtt.. dddrrrttt..
dddddrrrrrttttt…..
Dan ini pasti deer yang biasa narsis sendiri saat kami bersama dulu.. Aku semakin
tersenyum dan semakin deras pula rintikan air mataku..
From:
Charming Girl :D
Eomma-ah…
Tak melupakanku kan?? I’m a charming girl in your heart XD kekeke… Eomma pasti
lelah ya sibuk dengan persiapan olimpiadenya… Dan chukhae nae sarang eomma..
Aku punya hadiah untukmu. Setelah olimpiade dilaksanakan, pergilah ke caffe
langganan kita. OK, HWAITING!!!^^ Saranghaeyo, nae pabbo eomma :* #peace
Aku
tambah terharu dengan pesan terakhir dari yeoja jahil ini. Tadi apa isi
pesannya? Pabbo eomma?? Ishh.. Nappeun yeoja! Hahaha… Kira-kira hadiah apa yang
akan diberikannya nanti ya??
Aku
jadi merasa seperti yeoja yang kembali dari perjalanan jauhnya. Aku merasa
lebih ringan sekarang. Dan aku juga tidak memusingkan tentang keadaan rumah
yang sepi ini.. Ah, sudah waktunya makan malam… Dan perutku sudah memulai demo
meminta diisi penuh, hahaha… Lee ahjumma, I’m coming…. ^^
~~~NAE
CHINGU, BOGOSHIPDA~~~
===END===
What your opinion about this FF? I hope
you happy. What you wish for sequel?
Thanks for your visit and read it.
Please give me some coment.. Thanks very much… *bow
Tidak ada komentar:
Posting Komentar