Jumat, 30 November 2012

[FANFICTION: GIRLS GENERATION] Nae Chingu, Bogoshipda









Annyeong uri chingudeul^^
Aku datang membawa FF baru yang masih fresh dari folderku di compy. Dan masih fresh juga di sini. Karena, ini adalah FF pertama yang selesai setelah berbulan-bulan hiatus dari dunia per-FF-an.
Kali ini, aku tidak mengusut genre romance seperti biasanya. Dan ini kubuat berdasarkan perasaanku yang tengah dilanda rindu *ciee.. Oleh sahabat-sahabatku..
Dan pertama kali juga, aku mengambil cast dari member SNSD. Semoga semuanya, sone khususnya, merasa terhibur oleh FFku ini. Tapi, mianhe  jika ada beberapa yang tidak pas dengan karakter aslinya. Karena aku hanya meminjam namanya saja..
Oke, Let’s read it…
Enjoy… ^^



Title                : Nae Chingu, bogoshipda
Author            : Muna Arakida aka HyeRim
Length            : OneShoot
Rate                : G
Genre              : Friendship, School Life
Cast                : Kim Tae Yeon
  Seo Joo Hyun
                          Im Yoon Ah
                          Choi Soo Young
Disclaimer      : The story is always mine. This is real my imagination. And i try uses character with SNSD’s member. So, sorry if (there are) any something that wrong. Please gives criticism well. Don't become plagiarism!! Don’t bash!!

~~~NAE CHINGU, BOGOSHIPDA~~~
==PRESENT==



All about TaeYeon POV

Pagi ini aku merasa tak bersemangat. Entah kenapa, tapi, akhir-akhir ini aku kacau. Sebagai seorang siswi dari Seoul High School tingkat dua, seharusnya aku sudah tidak bisa bersantai-santai seperti pada tingkat lalu. Dan seharusnya aku juga semakin mempererat sebuah ikatan tali persahabatan dengan ketiga chingu-ku. Seharusnya.
          Nyatanya, aku semakin merasa jauh dari sebuah jalinan cinta yang baru mengijak empat tahun ini. Baru umur jangung persahabatan ini, tapi renggangan terasa seperti popcorn yang meletup-letup—yang telah terpisah dan sibuk dengan transformasinya dari butiran kuning keputihan yang masih keras menjadi cemilan yang biasanya menemaniku dan sahabat-sahabatku itu saat menonton film bersama.
          Apakah karena kesibukan masing-masing? Memang, kami memilih sekolah menengah atas yang berbeda. Seo Joo Hyun, temanku yang kelihatan kalem dari luar—padahal kalau sudah berbicara, bagaikan kereta express pakai jet—memilih bersekolah di Sunhwa Art High School. Sedangkan Kirin Arts High School berhasil menarik perhatian sahabatku yang hobi nge-dance sejak JHS dulu, Im Yoon Ah. Dan terakhir si tomboy Choi Soo Young lebih memilih menjadi murid School of Performing Arts Seoul.
          Terakhir kali kami berkirim kabar sebulan yang lalu, kecuali dengan Soo Young, karena dia sering sekali ngacir di twitter, pasti aku mention dia. Dan mention terakhirku itu seminggu yang lalu. Fuhh….
          Sebelum berangkat sekolah, aku membuka twitter… Kuharap ada kabar dari mereka semua. Tapi, nihil.. Jadi kuputuskan untuk mengetikan sesuatu… Kuharap mereka mau membalasnya. Kuharap.





~~~NAE CHINGU, BOGOSHIPDA~~~

          Lagi-lagi tidak bisa konsentrasi dengan pelajaran Fisika. Entah hanya pendapatku saja, atau karena keadaanku yang sedang badmood, Jung Seonsaengnim berubah menjadi guru killer. Padahal, setahuku, dia tak seperti ini sebelumnya. Dulu, ia lebih sabar dari sekarang, lebih ramah dari sekarang, dan tentunya tak ada bentakan yang keluar dari bibir beliau—seperti yang barusan saja terjadi.
          Atau karena hawa dari cuaca musim panas ini yang lebih banyak digunakan orang-orang berada di dalam ruangan ber-AC. Atau karena suasana kelasku yang susah dibedakan mana yang suasana pasar tradisional atau suasana kelas nyaman idamanku. Hmm…
          Kuedarkan pandanganku menyapu setiap sudut kelas ketika Jung Seonsaengnim tengah menuliskan rumus-rumus—yang dalam pandanganku seperti huruf dan angka yang tengah menari. Kulihat, banyak diantara mereka yang menguap lebar ataupun mengipaskan lehernya dengan benda seadanya—padahal bisa dibilang kelasku full AC. Tapi nyatanya, masih ada siswa yang berani membuka satu kancing baju atasnya. Atau dia memang tidak merasakan dinginnya udara dari AC karena kulitnya yang tebalnya dua kali lipat kulit normal sehingga menyebabkan rasa kegerahannya itu juga menjadi dua kali lipat orang normal sepertiku.
          Aku kembali melihat ke depan, karena kurasa seonsaengnim berdeham kepadaku. Dan, tadaa.. Dia membenarkan letak benda yang membingkai kedua matanya. Tautan alisnya seperti dua garis yang jika disatukan akan membentuk lembah curam.
          Aku pun berpura-pura memainkan pulpen biruku layaknya sedang menulis sesuatu. Saat dirasa beliau tengah melanjutkan acara menulis-di-papan-tulis-nya itu, kudongkakkan kembali kepalaku yang keningnya penuh dengan keringat. Tunggu! Keringat?? Bukankah ini ruangan full AC? Segera kuarahkan pandanganku ke arah benda putih panjang yang berderet rapi di dinding kanan atas. Oh, pantas saja suasana di sini bagaikan para musafir yang tengah kehausan di padang sahara. Mati.

~~~NAE CHINGU, BOGOSHIPDA~~~


          Suasana menjelang malam ini kunikmati dengan menyesap teh hijau yang dikirim langsung oleh oppa-ku. Dia tengah berada di Jepang untuk melanjutkan pendidikannya di salah satu universitas terkenal di sana. Padahal di Seoul, banyak juga universitas terkenal bahkan sudah terjamin akademisnya yang sudah diakui di segala penjuru dunia.
          Memikirkan oppa-ku, aku jadi merasa rindu dengan sahabat-sahabat anehku itu—yang sama anehnya denganku, hihihi.. Karena, dulu, saat aku masih JHS, kami sering sekali menonton film bersama ataupun meminta oppa-ku menjadi guru privat kami—free tentunya, haha…
          Atau kami sama-sama hunting novel terbaru di beberapa toko buku di Seoul. Bahkan pernah, kami rela pergi ke Busan demi novel terbaru dari penulis favorit kami. Karena setelah kami browsing di berbagai toko buku di Seoul, stok itu terjual sangat cepat. Sedangkan saat novel itu baru rilis dan masih banyak stoknya, tabungan kami telah habis karena hobi karoke yang biasa kami lakukan saat pulang sekolah—jika pelajaran membosankan.
Ya, bisa saja kami meminta uang kepada orang tua kami masing-masing, tapi, kami mempunyai prinsip saat itu, ‘kami tidak boleh melibatkan fasilitas orang tua untuk hobi kami kecuali kami berusaha untuk mendapatkannya dengan jerih payah kami, menabung’. Lalu, kami mendengar kabar dari teman dunia maya kami, di daerah tempatnya berada, masih menyediakan stok buku itu.
          Sebenarnya, bisa saja kami memintanya untuk mengirimkannya lewat paket express. Tapi, waktu itu baru saja liburan sekolah dimulai. Dan kami sama sekali belum menyusun rencana liburan seperti biasanya. Kebetulan juga, kami telah mengenal lama teman dunia maya kami itu. Kami juga ingin sekali berjumpa dengannya, Kwon Yu Ri, dari beberapa fotonya yang pernah ia upload pada jejaring social atau yang ia kirim langsung ke email kami—kami mempunyai satu email khusus yang digunakan untuk kami berempat.
          Kami juga sudah merasa mengenal dia dengan cukup baik. Karena terkadang, jika tengah terjadi pertengkaran yang melingkupi kami semua, tak jarang dia membantu kami agar mau berbaikan seperti sebelum terjadi masalah tersebut. Bisa dikatakan sebagai penyelamat cinta kami..
          Ternyata, ada satu hal yang belum kami ketahui darinya. Dan pertama kali kami mengetahuinya saat kami berkunjung ke rumahnya. Dia memang cantik seperti yang telah kami lihat pada fotonya. Dia juga pintar seperti saat aku meminta ia mengajariku tugas sastra—yang lagi-lagi membuatku kagum dengan kata-katanya yang begitu indah dan tertata rapi.
          Pernah aku memintanya untuk video call atau mengobrol ditelpon. Tapi ia selalu memintaku mengobrol lewat chat seperti biasa. Alasannya adalah takut. Dan ia tak memberiku penjelasan akan perasaan ‘takut’-nya waktu itu. Dan saat kami menemuinya langsung, kami baru tahu makna kata ‘takut’ yang selalu menghantuinya itu.
          Ya, ia seorang yeoja cantik yang mengalami kekurangan fisik, tuna rungu. Ia dibantu oleh sebuah alat yang ditempelkan pada kedua telinganya—seperti headset yang biasa digunakan Soo Young ketika mendengarkan music favoritnya saat pelajaran yang dirasanya membosankan di kelas. Tapi, ia masih memasang senyumnya yang tulus disetiap perkataannya yang diperantara oleh kedua tangannya.
          Dan ia memang baik. Sangat baik. Selain ia menyambut kedatangan kami dengan suguhan makanan yang terbilang banyak jika kami habiskan berempat, ternyata ia sudah membelikan kami novel yang menjadi salah satu dari beberapa tujuan kami ke Busan. Ia membelikan empat novel sekaligus. Padahal, niat kami, kami cukup membelinya satu buah saja. Ketika kami bermaksud untuk mengganti uangnya yang telah ia habiskan untuk membeli empat buah novel tersebut, ia menolaknya secara halus. Alasannya, itu hadiah darinya.
          Kami habiskan beberapa hari dari jatah liburan sekolah kami bersama Yu Ri. Ia bahkan bersedia menjadi pemandu dadakan untuk kami. Banyak tempat yang kami kunjungi. Dan beberapa diantaranya belum pernah kami nikmati pemandangan yang sama seperti yang kami lihat di Seoul.
          Ia bahkan mengenalkan kami sebagai teman lamanya saat ditanyai oleh beberapa orang—yang kurasa dikenalnya dengan baik—saat kami tengah melewati atau pergi ke tempat-tempat yang kami kunjungi. Ini membuatku terharu. Dia tak menganggap perkenalan dan acara mengobrol yang biasanya dibatasi oleh sebuah dunia maya itu sebagai basa-basi belaka. Ia benar-benar menganggap kami telah lama mengenalnya dan bersama dengannya.
          Saat ada acara jamuan keluarga besarnya, ia juga menganggap kami sama seperti anggota keluarga yang lainnya. Keluarganya pun juga demikian. Menganggap kami adalah salah satu dari mereka—yang tinggal jauh dari mereka dan tengah mengunjungi mereka.
          Tak sadar, siluet jingga yang tadi menemaniku telah berganti menjadi langit gelap yang dihiasi lampu-lampu bangunan kota Seoul. Indah jika dipandang dari balkon kamarku yang terletak dilantai tiga ini. Tak sadar juga kalau cangkir keramik putih gading yang tengah ku pegang telah habis isinya.
          Udara di luarpun juga terasa dingin. Terkadang, saat musim panas seperti ini, malam hari justru terasa sedikit dingin. Dan perubahan cuaca seperti ini harus bisa dihadapi dengan keadaan fisik yang baik jika tidak ingin menjadi sebuah penyakit.
          Kuputuskan untuk membawa cangkir itu ke dalam bersama tubuhku yang terasa mulai tak bertenaga. Seharian ini, aku telah berusaha untuk menjaga fisik serta mental dan emosiku menghadapi situasi yang membuatku bertambah badmood.
          Suasana yang semakin sepi karena eomma dan appa sedang pergi ke luar kota untuk mengurusi bisnis keluarga kami, semakin membuat keadaan rumah semakin sepi karena oppa-ku sedang berada di luar negeri—yah, walaupun masih ada Lee Ahjumma, asisten rumah tangga di rumah kami.
Dulu, biasanya jika keadaan rumahku sedang sepi seperti ini, sahabat-sahabat kocak bin ajaib itu pasti akan membuat kedua sudut bibirku terangkat ke atas. Dan kamarku telah penuh oleh canda tawa kami. Dari obrolan ringan seperti suasana saat belajar di kelas sampai obrolan yang semakin serius jika Seo Hyun sudah bercerita tentang sunbae kami yang telah lama ditaksirnya.
Biasanya kami memberikan saran untuk mendekati sunbae tersebut kepada si Keroro itu. Tapi, ia pandai berkelit dengan alasan yang sudah bisa kami tebak, malu. Ishh.. Jika sudah seperti itu, kami akan menjahilinya dengan bercerita tentang yeoja yang menjadi bahan gossip yeoja-yeoja di sekolah. Menurut gossip tersebut, dia adalah cinta pertama sunbae yang telah memikat perhatian Seo Hyun… Hahaha…
Mengingat itu, membuat buliran bening terjun bebas mengaliri setiap permukaan kulit wajahku. Ya, itu yang selalu terjadi jika aku mengingat semua kenangan indah yang telah kami lalui bersama. Kenangan yang nantinya pasti akan menjadi bahan obrolan kami ketika bertemu nanti. Tapi kapan??

Dddrrtt.. dddrrrttt.. dddddrrrrrttttt…..

Ponsel biruku yang berada di atas nakas segera ku ambil. Saat aku melihat sebuat pesan, aku langsung menghapus aliran air mataku. Ternyata sebuah pesan dari Soo Young..

From: Fun Loving Princess^^
Yeon-ah… Nado bogoshipdaaaaa….. Aku selalu menunggu kabar darimu. Karena aku tahu, sekarang kamu semakin sibuk, apalagi kamu tengah mempersiapkan olimpiade kimia. Chukhae, uri eomma :* Hwaiting!!^^

Buliran air mata kembali keluar dari kedua sudut mataku, tapi senyumku semakin melebar. Aku senang mendapat pesan itu. Walaupun baru Soo Young yang mengirimkannya, aku yakin, yang lain juga pasti mengirimnya. Aku yakin itu..

Dddrrtt.. dddrrrttt.. dddddrrrrrttttt…..

Belum sempat aku membalas pesan dari Soo Young tadi, ponselku kembali bergetar. Siapa??

From: Youngest Princess :P
Ohh.. uri eomma.. Nado jeongmal bogoshipda.. Dan akan selalu merindukan uri eomma yang sedang sibuk mempersiapkan olimpiadenya,, chukhae eomma… *sodorin kue pake lilin :D

Ini benar pesan dari Seo hyun?? Seo Hyun yang kukenal bukan?? Kenapa bahasanya bisa tertata baik seperti ini, kekeke..
Aku tersenyum ditengah buliran air mata yang terus mengalir setelah membaca pesan dari Keroro menggemaskan itu..      Kurasa ia menjadi semakin dewasa, kekeke..

Dddrrtt.. dddrrrttt.. dddddrrrrrttttt…..

Dan ini pasti deer yang biasa narsis sendiri saat kami bersama dulu.. Aku semakin tersenyum dan semakin deras pula rintikan air mataku..

From: Charming Girl :D
Eomma-ah… Tak melupakanku kan?? I’m a charming girl in your heart XD kekeke… Eomma pasti lelah ya sibuk dengan persiapan olimpiadenya… Dan chukhae nae sarang eomma.. Aku punya hadiah untukmu. Setelah olimpiade dilaksanakan, pergilah ke caffe langganan kita. OK, HWAITING!!!^^ Saranghaeyo, nae pabbo eomma :* #peace

          Aku tambah terharu dengan pesan terakhir dari yeoja jahil ini. Tadi apa isi pesannya? Pabbo eomma?? Ishh.. Nappeun yeoja! Hahaha… Kira-kira hadiah apa yang akan diberikannya nanti ya??
          Aku jadi merasa seperti yeoja yang kembali dari perjalanan jauhnya. Aku merasa lebih ringan sekarang. Dan aku juga tidak memusingkan tentang keadaan rumah yang sepi ini.. Ah, sudah waktunya makan malam… Dan perutku sudah memulai demo meminta diisi penuh, hahaha… Lee ahjumma, I’m coming…. ^^

~~~NAE CHINGU, BOGOSHIPDA~~~
===END===


What your opinion about this FF? I hope you happy. What you wish for sequel?
Thanks for your visit and read it. Please give me some coment.. Thanks very much… *bow

Tidak ada komentar:

Posting Komentar