Annyeong chingudeul.. Mianhe ya baru publish seelah sekian lama vakum...
langsung aja deh nih aku kasih FF yang pasti udah pada nungguin #krik
Title : Oh, ma twin!
Author : Muna Arakida aka HyeRim
Length : Chaptered
Genre : Friendship, Family
Rate : G
Cast : Lee DongHae (Super Junior’s
member)
Lee EunHae (OC)
Lee HyukJae (Super Junior’s member)
Han HyeRim (author :p)
Kim JongHyun (SHINee’s member HyeRim’s
girlfriend)
Disclimer : Cerita ini terlintas ketika saya
iseng membuka folder foto jaman dulunya bang ikan. Dan judul cerita ini
terinspirasi dari judul kdrama (ma boy)
Sedangkan cerita ini adalah hasil dari ide liar saya. Juga terinspirasi dari
Kdrama He’s Beautiful sama Reply to 1990. Memang ide ceritanya bisa dibilang
simple atau emang udah pasaran. But, I hope u enjoy with this story ^^
---PRESENT---
EunHae POV
Pagi ini sangat cerah. Tidak
seperti beberapa hari ini hujan membuat keadaan kota yang termasuk kota
sibuk—yang biasanya panas—menjadi lembab. Pagi ini juga—seharusnya—adalah kali
ketiganya aku menjadi seorang siswi tingkat dua di sebuah sekolah menengah atas
di Mokpo. Tapi, aku masih berada di ibukota Negara yang terkenal dengan
Gingseng-nya. Semalam aku menginap di sebuah apartemen di kota tersebut. Eomma
yang menyuruhku untuk menemani oppa-ku yang tengah terbaring lemah di kamarnya.
Ya, apartemen ini milik oppa-ku. Ia memilih untuk tinggal jauh dari kota yang menyimpan
kenangan masa kecil kami.
“Oppa.. Ireona! Makan dulu…” aku
membangunkan oppa yang masih tertidur pulas. Huh, salah siapa terlalu keras
menguras tenaga dengan kesibukannya itu. Iya, aku akui ia mandiri, sangat
mandiri. Sudah tahun kedua ini ia memutuskan hidup sebatang kara di kota yang
menurutku masih asing. Kalau aku sih, lebih baik tinggal bersama eomma dan
appa, lagipula aku masih dalam pengawasan mereka karena masih belum cukup umur.
Umurku masih tujuh belas jika dihitung dengan penghitungan Korea. Sayangnya
oppa sangat keras kepala.
“Eunghh…” oppa pun terbangun dan
dengan perlahan membuka kelopak matanya yang terlihat masih enggan untuk
dibuka. Segera aku membantu oppa menyandarkan tubuhnya pada bantal yang telah
kutata sebagai sandarannya. Ia masih sibuk mengucek matanya, sedangkan aku
melepas handuk kecil yang sedari tadi setia menempel di atas dahinya.
Aku berdiri dan berjalan ke arah
jendela. Menyikap korden biru lautnya lalu merasakan hangatnya sinar matahari
yang baru menyapa tiap permukaan wajahku. Hangat yang sudah kurindukan sejak
beberapa hari yang lalu. Aku melihat suasana Seoul pagi yang masih enggan
menampakan hiruk pikuknya.
Kembali kuarahkan perhatianku ke
arah DongHae oppa yang kini mulai menyantap makanan yang tadi kuletakan di atas
meja di samping tempat tidurnya. Aku ikut duduk di atas tempat tidurnya sambil
melihatnya melahap seluruh makanan yang kini tinggal beberapa suap saja. Huh,
sakit atau sehatpun makannya tetap saja lahap.
“EunHae-ah..” DongHae oppa pun
bersuara tetapi tidak meninggalkan aktifitas yang tengah dijalani, makan. Aku
pun menatapnya dan menunggu kata apa yang akan terucap dari bibirnya. Kulihat
ia susah payah menelan suapan terakhirnya. Aku pun sigap mengambil air putih
yang masih berada di atas meja. Ia mengambil benda bening dari tanganku dan
meneguknya tergesa.
“Pelan-pelan oppa…” ucapku yang melihatnya
terbatuk kecil. Ireon!!
“EunHae-ah.. Bisakah aku minta
tolong sesuatu padamu?” ujarnya sambil menaruh piring yang habis tak tersisa
pada tempatnya semula. Tatapannya terarah kepadaku dan sangat intens. Aku yang
disikapi begitu terasa sedikit jengah. Sorot mtanya seperti memohon, jadi siapa
yang tahan melihat oppa memasang wajah kyeopta-nya?
“Ne, waeyo?” kuiyakan saja
permintaannya itu yang biasanya sih tidak menguntungkanku, sebaliknya akan
membawaku dalam pusaran masalah. Masih teringat dengan permintaannya minggu
lalu. Aku disuruh menemui beberapa gadis yang rata-rata cantik di beberapa
tempat hanya untuk berkata ‘mian, ada pesan dari DongHae-sshi. Katanya ia tidak bisa
menemuimu dan minta agar jangan mengganggunya lagi.’
Gila!! Mau ditaruh di mana
mukaku ini?? Tapi, mau tak mau aku harus melakukannya karena aku telah
menghilangkan tiket nonton-nya yang
seharusnya akan digunakan untuk menonton film buruannya bersama teman-temannya.
Oh, ma Twin!
“Bisakah kau
menggantikanku di sekolah?” matanya masih tertuju padaku. Terasa sekali ia
menunggu jawaban ‘ya’ dariku. Sebentar, maksudnya apa??
“Ne?” Kuharap
ia tak akan meminta hal-hal aneh lagi. Dan kuharap maksud dari permintaannya
bukan seperti bayanganku saat ini. Kuharap. Aku tidak mau menemui gadis-gadis
yang mempunyai masalah yang sama seperti yang lalu. Aigoo!
EunHae POV END
---^^---
GREPP…
“Annyeong DongHae-ah!!” tangan
namja berseragam mengalung di pundak namja yang disapanya. Namja yang disapa
hanya tersenyum. Kepalanya bergerak resah seperti tengah risih dengan sesuatu.
Keringat dingin juga sukses membasahi dahinya.
“Kau tau tidak, Hae, HyunA
menerima ajakanku waktu itu. Jadi, kau siap menerima kekalahanmu kan??” Namja
satunya buercuap mengeluarkan rentetan suaranya dalam satu tarikan nafas
sepertinya. Wajahnya terlihat tengah bahagia. Berbeda dengan namja yang
satunya.
“Mwo?? Maksudmu apa?”
“Kau tidak akan menurunkan
pamormu sebagai namja yang katanya ‘selalu menepati janji’ itu kan? Atau
jangan-jangan sekarang kau mulai menciut karena bukan kau yang diterima ajakan
kencannya tapi aku? Sudahlah Hae, terima saja bahwa aku adalah namja pilihan
HyunA. Hahahaha…”
“Yak!! HyukJae-ah!! Anniyo!!” Namja
yang diejek oleh namja yang ternyata bernama HyukJae menyingkirkan lengan yang
mengalung dilehernya.
“Jeongmal? Aku tak percaya!”
HyukJae mengeluarkan Smirk-smile-nya yang mendapat tatapan aneh dari namja yang
sedari tadi diajaknya bicara.
“Ne, nan jeongmalyo!!” suaranya
terdengar geram. Ia pun menghentikan langkah kakinya mendadak yang sukses
membuat teman ngobrolnya menabraknya. Noo!! Itu membuat badannya terhuyung ke
depan. Tapi….. GREPPP.. Beruntung lengan kanannya ditarik oleh seseorang
sebelum ia sukses mencium permukaan lapangan basket yang bisa membuat bibirnya
jontor seketika.
Namja yang hampir terjatuh itu
pun buru-buru melepaskan kaitan tangannya dari tangan HyukJae. Tiba-tiba rona
wajahnya berubah. Tingkahnya pun berbeda, malu. Sedangkan HyukJae bersikap
biasa saja setelah kejadian itu.
“Kajja!!” Telapak tangan kiri
hyukJae menepuk bahu kanan DongHae. DongHae hanya mengikuti ajakan HyukJae yang
membawanya ke tengah lapangan basket. Menyuruh DongHae melepas tas ranselnya.
Dengan tetap memasang seyuman anehnya—menurut DongHae—ia mulai membuka kancing
atas kemeja seragam DongHae.
“Yaa!! Michyeosseo!!” Seketika
kedua tangan DongHae menyilang di depan dadanya. Dia juga terlihat kalap atas
perlakuan HyukJae barusan. Apa ada yang salah??
“Mworago?? Kenapa sih? Bukannya
waktu itu kamu mantap sekali. Kan kamu bilang sendiri, walaupun kalah tetap
mendapatkan untung. Setidaknya sekali-kali kamu menghibur para fans-mu itu.
Begitu kan katamu??”
“Mwo?? Aku bilang begitu???”
matanya menunjukan ketidakpercayaan-nya.
“Jja!! Lakukan!”
EunHae POV
Mwo??!! Apa-apaan ini? Aku
disuruh telanjang dada di sini? Di tengah lapangan yang dikelilingi
ruangan-ruangan kelas yang menghadap ke arah lapangan. Dan banyak yeoja yang
sedari tadi curi-curi pandang atau bahkan dengan frontalnya menunjuk-nunjukku
dan tersenyum yang kuyakin itu dibuat-buat. Aku masih normal.
Ya, aku di sini sekarang. Di
sekolah yang terasa asing olehku dan dengan penampilan yang asing pula. Ide
gila oppa-ku yang tega itu telah menjebakku dalam masalah yang entah sudah
berapa kali dibuatnya. Dan lagi-lagi akulah yang menjadi korban utamanya
didalamnya. Bisakah ia berhenti dari sikapnya yang menjengkelkan itu??
Ini juga. Namja berambut blonde
yang berkicau tidak jelas dan sangat jahil menurutku. Jika aku menjadi DongHae
oppa, aku tidak mau punya teman sepertinya. Bisa-bisa hidupku akan kacau nanti.
Dan nyatanya sekarang mau tidak mau aku harus berinteraksi dengannya mulai hari
sial ini. Sudah cukup. Aku tidak tahan!!!!
“Yaaa!! Mungkin kau salah dengar
waktu itu! Aku tidak pernah berkata seperti itu padamu!” ya, aku jujur kan?
Bukan aku yang mengatakannya tapi DongHae oppa. Oh, God!
“Hee? Aku tidak mungkin salah
dengar, Hae-ah. Kau tau pendengaranku ini sangat ta…”
TTTEETTTT…………..
Oh, God! Thanks. Aku pun
langsung mengambil ranselku yang tadi kuletakkan di lapangan dan berlari
menjauhi HyukJae dan tak mengindahkan teriakannya. Kurasa ia mengejarku. Ayo,
EunHae, mana jiwa larimu.. Beruntung ruang kelas DongHae oppa tidak terlalu
jauh dari lapangan basket tadi. Fuhh…
---^TBC^---
What your opinion about this FF? I hope
you happy. What you wish for sequel?
Thanks for your visit and read it.
Please give me some coment.. Thanks very much… *bow
Tidak ada komentar:
Posting Komentar