Rabu, 01 Mei 2013

[FANFICTION: SUPER JUNIOR] Oh, Ma Twin! (Chapter-1)



Annyeong  chingudeul.. Mianhe ya baru publish seelah sekian lama vakum...
langsung aja deh nih aku kasih FF yang pasti udah pada nungguin #krik



Title                       : Oh, ma twin!
Author                  : Muna Arakida aka HyeRim
Length                  : Chaptered
Genre                   : Friendship, Family
Rate                       : G
Cast                       : Lee DongHae (Super Junior’s member)
   Lee EunHae (OC)
   Lee HyukJae (Super Junior’s member)
   Han HyeRim (author :p)
   Kim JongHyun (SHINee’s member HyeRim’s girlfriend)
Disclimer              : Cerita ini terlintas ketika saya iseng membuka folder foto jaman dulunya bang ikan. Dan judul cerita ini terinspirasi dari judul kdrama (ma boy) Sedangkan cerita ini adalah hasil dari ide liar saya. Juga terinspirasi dari Kdrama He’s Beautiful sama Reply to 1990. Memang ide ceritanya bisa dibilang simple atau emang udah pasaran. But, I hope u enjoy with this story ^^


---PRESENT---


                                EunHae POV

                Pagi ini sangat cerah. Tidak seperti beberapa hari ini hujan membuat keadaan kota yang termasuk kota sibuk—yang biasanya panas—menjadi lembab. Pagi ini juga—seharusnya—adalah kali ketiganya aku menjadi seorang siswi tingkat dua di sebuah sekolah menengah atas di Mokpo. Tapi, aku masih berada di ibukota Negara yang terkenal dengan Gingseng-nya. Semalam aku menginap di sebuah apartemen di kota tersebut. Eomma yang menyuruhku untuk menemani oppa-ku yang tengah terbaring lemah di kamarnya. Ya, apartemen ini milik oppa-ku. Ia memilih untuk tinggal jauh dari kota yang menyimpan kenangan masa kecil kami.

                “Oppa.. Ireona! Makan dulu…” aku membangunkan oppa yang masih tertidur pulas. Huh, salah siapa terlalu keras menguras tenaga dengan kesibukannya itu. Iya, aku akui ia mandiri, sangat mandiri. Sudah tahun kedua ini ia memutuskan hidup sebatang kara di kota yang menurutku masih asing. Kalau aku sih, lebih baik tinggal bersama eomma dan appa, lagipula aku masih dalam pengawasan mereka karena masih belum cukup umur. Umurku masih tujuh belas jika dihitung dengan penghitungan Korea. Sayangnya oppa sangat keras kepala.

                “Eunghh…” oppa pun terbangun dan dengan perlahan membuka kelopak matanya yang terlihat masih enggan untuk dibuka. Segera aku membantu oppa menyandarkan tubuhnya pada bantal yang telah kutata sebagai sandarannya. Ia masih sibuk mengucek matanya, sedangkan aku melepas handuk kecil yang sedari tadi setia menempel di atas dahinya.

                Aku berdiri dan berjalan ke arah jendela. Menyikap korden biru lautnya lalu merasakan hangatnya sinar matahari yang baru menyapa tiap permukaan wajahku. Hangat yang sudah kurindukan sejak beberapa hari yang lalu. Aku melihat suasana Seoul pagi yang masih enggan menampakan hiruk pikuknya.

                Kembali kuarahkan perhatianku ke arah DongHae oppa yang kini mulai menyantap makanan yang tadi kuletakan di atas meja di samping tempat tidurnya. Aku ikut duduk di atas tempat tidurnya sambil melihatnya melahap seluruh makanan yang kini tinggal beberapa suap saja. Huh, sakit atau sehatpun makannya tetap saja lahap.

                “EunHae-ah..” DongHae oppa pun bersuara tetapi tidak meninggalkan aktifitas yang tengah dijalani, makan. Aku pun menatapnya dan menunggu kata apa yang akan terucap dari bibirnya. Kulihat ia susah payah menelan suapan terakhirnya. Aku pun sigap mengambil air putih yang masih berada di atas meja. Ia mengambil benda bening dari tanganku dan meneguknya tergesa.

                “Pelan-pelan oppa…” ucapku yang melihatnya terbatuk kecil. Ireon!!

                “EunHae-ah.. Bisakah aku minta tolong sesuatu padamu?” ujarnya sambil menaruh piring yang habis tak tersisa pada tempatnya semula. Tatapannya terarah kepadaku dan sangat intens. Aku yang disikapi begitu terasa sedikit jengah. Sorot mtanya seperti memohon, jadi siapa yang tahan melihat oppa memasang wajah kyeopta-nya?

                “Ne, waeyo?” kuiyakan saja permintaannya itu yang biasanya sih tidak menguntungkanku, sebaliknya akan membawaku dalam pusaran masalah. Masih teringat dengan permintaannya minggu lalu. Aku disuruh menemui beberapa gadis yang rata-rata cantik di beberapa tempat hanya untuk berkata ‘mian, ada pesan dari DongHae-sshi. Katanya ia tidak bisa menemuimu dan minta agar jangan mengganggunya lagi.’

                Gila!! Mau ditaruh di mana mukaku ini?? Tapi, mau tak mau aku harus melakukannya karena aku telah menghilangkan tiket  nonton-nya yang seharusnya akan digunakan untuk menonton film buruannya bersama teman-temannya. Oh, ma Twin!

“Bisakah kau menggantikanku di sekolah?” matanya masih tertuju padaku. Terasa sekali ia menunggu jawaban ‘ya’ dariku. Sebentar, maksudnya apa??

“Ne?” Kuharap ia tak akan meminta hal-hal aneh lagi. Dan kuharap maksud dari permintaannya bukan seperti bayanganku saat ini. Kuharap. Aku tidak mau menemui gadis-gadis yang mempunyai masalah yang sama seperti yang lalu. Aigoo!

EunHae POV END
---^^---


GREPP…
                “Annyeong DongHae-ah!!” tangan namja berseragam mengalung di pundak namja yang disapanya. Namja yang disapa hanya tersenyum. Kepalanya bergerak resah seperti tengah risih dengan sesuatu. Keringat dingin juga sukses membasahi dahinya.

                “Kau tau tidak, Hae, HyunA menerima ajakanku waktu itu. Jadi, kau siap menerima kekalahanmu kan??” Namja satunya buercuap mengeluarkan rentetan suaranya dalam satu tarikan nafas sepertinya. Wajahnya terlihat tengah bahagia. Berbeda dengan namja yang satunya.

                “Mwo?? Maksudmu apa?”

                “Kau tidak akan menurunkan pamormu sebagai namja yang katanya ‘selalu menepati janji’ itu kan? Atau jangan-jangan sekarang kau mulai menciut karena bukan kau yang diterima ajakan kencannya tapi aku? Sudahlah Hae, terima saja bahwa aku adalah namja pilihan HyunA. Hahahaha…”

                “Yak!! HyukJae-ah!! Anniyo!!” Namja yang diejek oleh namja yang ternyata bernama HyukJae menyingkirkan lengan yang mengalung dilehernya.

                “Jeongmal? Aku tak percaya!” HyukJae mengeluarkan Smirk-smile-nya yang mendapat tatapan aneh dari namja yang sedari tadi diajaknya bicara.

                “Ne, nan jeongmalyo!!” suaranya terdengar geram. Ia pun menghentikan langkah kakinya mendadak yang sukses membuat teman ngobrolnya menabraknya. Noo!! Itu membuat badannya terhuyung ke depan. Tapi….. GREPPP.. Beruntung lengan kanannya ditarik oleh seseorang sebelum ia sukses mencium permukaan lapangan basket yang bisa membuat bibirnya jontor seketika.

                Namja yang hampir terjatuh itu pun buru-buru melepaskan kaitan tangannya dari tangan HyukJae. Tiba-tiba rona wajahnya berubah. Tingkahnya pun berbeda, malu. Sedangkan HyukJae bersikap biasa saja setelah kejadian itu.

                “Kajja!!” Telapak tangan kiri hyukJae menepuk bahu kanan DongHae. DongHae hanya mengikuti ajakan HyukJae yang membawanya ke tengah lapangan basket. Menyuruh DongHae melepas tas ranselnya. Dengan tetap memasang seyuman anehnya—menurut DongHae—ia mulai membuka kancing atas kemeja seragam DongHae.

                “Yaa!! Michyeosseo!!” Seketika kedua tangan DongHae menyilang di depan dadanya. Dia juga terlihat kalap atas perlakuan HyukJae barusan. Apa ada yang salah??

                “Mworago?? Kenapa sih? Bukannya waktu itu kamu mantap sekali. Kan kamu bilang sendiri, walaupun kalah tetap mendapatkan untung. Setidaknya sekali-kali kamu menghibur para fans-mu itu. Begitu kan katamu??”

                “Mwo?? Aku bilang begitu???” matanya menunjukan ketidakpercayaan-nya.

“Jja!! Lakukan!”


                                EunHae POV

                Mwo??!! Apa-apaan ini? Aku disuruh telanjang dada di sini? Di tengah lapangan yang dikelilingi ruangan-ruangan kelas yang menghadap ke arah lapangan. Dan banyak yeoja yang sedari tadi curi-curi pandang atau bahkan dengan frontalnya menunjuk-nunjukku dan tersenyum yang kuyakin itu dibuat-buat. Aku masih normal.

                Ya, aku di sini sekarang. Di sekolah yang terasa asing olehku dan dengan penampilan yang asing pula. Ide gila oppa-ku yang tega itu telah menjebakku dalam masalah yang entah sudah berapa kali dibuatnya. Dan lagi-lagi akulah yang menjadi korban utamanya didalamnya. Bisakah ia berhenti dari sikapnya yang menjengkelkan itu??

                Ini juga. Namja berambut blonde yang berkicau tidak jelas dan sangat jahil menurutku. Jika aku menjadi DongHae oppa, aku tidak mau punya teman sepertinya. Bisa-bisa hidupku akan kacau nanti. Dan nyatanya sekarang mau tidak mau aku harus berinteraksi dengannya mulai hari sial ini. Sudah cukup. Aku tidak tahan!!!!

                “Yaaa!! Mungkin kau salah dengar waktu itu! Aku tidak pernah berkata seperti itu padamu!” ya, aku jujur kan? Bukan aku yang mengatakannya tapi DongHae oppa. Oh, God!

                “Hee? Aku tidak mungkin salah dengar, Hae-ah. Kau tau pendengaranku ini sangat ta…”

                TTTEETTTT…………..
                Oh, God! Thanks. Aku pun langsung mengambil ranselku yang tadi kuletakkan di lapangan dan berlari menjauhi HyukJae dan tak mengindahkan teriakannya. Kurasa ia mengejarku. Ayo, EunHae, mana jiwa larimu.. Beruntung ruang kelas DongHae oppa tidak terlalu jauh dari lapangan basket tadi. Fuhh…

---^TBC^---

               

What your opinion about this FF? I hope you happy. What you wish for sequel?
Thanks for your visit and read it. Please give me some coment.. Thanks very much… *bow



Tidak ada komentar:

Posting Komentar