Kamis, 18 Oktober 2012

FANFICTION [B1A4]: Still

Berhubung waktu bikin author baru jadi BANA yang masih sedikit tau tentang B1A4, semoga ada readers yang mau kasih tau sedikit tentang kelima namja tampan itu, hahay…

 

Dann tauuu ga sihhh?? Ini aku buat pas lagi hmmm sedihh,, huhuhu..

 okehh,, baca ini dengan diiringi lagu yang bisa membuatmu sedih agar dapat feelnya, heheehe...

 

 

^^^ -Still- PRESENT^^^

 

 

 

 

Tittle               : Still

Author                        : Muna Arakida aka HyeRim

Genre               : Romance

Rating             : G

Length             : Oneshoot

Cast                : Han Hye Rim (author^^)

                          Jin Young (B1A4)

                          Lee Min Ji (2NE1)

Desclimer        : Ide cerita muncul dari otakku sendiri, tak ada sedikitpun menjiplak dari karya orang lain. Jadi dengan sangat hargai karya sederhana ini. Don’t bashing and go away plagiarism!! Happy and enjoy reading ^^

 

 

            Aku sendiri. Hanya ditemani deru angin malam yang menggesek-nggesekan ranting-ranting pohon. Hanya ditemani langit malam yang kelam tanpa bintang. Hanya ditemani cahaya remang dari lampu taman yang diitari segerombol kunang-kunang.

 

          Kuhela nafas yang entah sudah keberapa kali. Menundukan kepala menerawang rumput basah di bawah. Menyusuri rangkaian kejadian yang terus terulang dalam ingatan. Kejadian yang berhasil membuatku terdiam di sini.

 

          Dada yang terus merasa sesak di dalam seakan ada benda berkekuatan besar yang siap untuk meledak. Meledak besar seperti bigbang. Sesak yang kurasa. Sungguh rasa sesak ini membuatku hanya bisa menitikkan buliran hangat.

 

          Kuusap pelan wajah basahku yang terus membasah dengan diiringi cairan bening dari pelupuk mataku. Kupukul juga dadaku yang terus merasakan sesak yang sudah tak bisa dijelaskan oleh kata-kata. Terus kupukul walau itu tak membuatku keadaanku membaik. Tapi setidaknya, aku masih bisa meluapkan sedikit rasa yang terus menghimpitku.

 

          Kutadah telapak tangan menghadap gelapnya cakrawala malam. Merasakan titik basah yang menyentuh langsung di atas kulit. Semakin lama semakin cepat titik-titik itu yang kurasa. Membuat seluruh badanku kini basah. Hingga balutan kain biru yang kukenakan menempel pas menampakan lekuk tubuhku.

 

          Kutatap langit bisu dan merasakan dinginnya benda-benda cair yang terus berjatuhan menambah volume serta kecepatannya. Kurasakan hembusan angin juga ikut menerjang diri yang tak berdaya ini. Kunikmati hawa dingin yang menyeruak dari segala penjuru. Mungkin ini malam yang sangat panjang untukku.

 

          Suasanan yang begitu mendukung rasa sakitku, menambah sesak dalam dada yang kini kutekan-tekan. Air mataku terjun bebas membaur bersama derasnya hujan malam ini. Sepertinya, langit juga ikut merasakan apa yang kurasakan sekarang.

 

          Dia. Dia yang meninggalkan bercak-bercak kerinduan. Goresan-goresan kasih sayang. Tusukan-tusukan kebahagiaan. Hujaman-hujaman kekecewaan. Semua mengoyak perasaanku yang membahana.

 

          Dia. Dia yang dulu kurindu gelak tawanya. Dia yang dulu meluapkan kasih sayang yang membuatku tenang bersamanya. Dia yang membuat hari-hariku penuh dengan kebahagiaan. Tapi kini menorehkan kekecewaan yang mendalam. Menipuku dengan segala kata yang ia keluarkan.

 

          Kurasakan sebuah benda dari dalam tas coklatku bergetar. Segera kucari tempat tuk berteduh. Ternyata eomma menelponku. Menanyakan tempatku berada sekarang. Dari nada bicaranya terdengar kekhawatiran. Karna tak ingin membuatnya terus merasa khawatir, kuputuskan untuk segera pergi dari tempat sepi ini.

 

          Melangkahkan sepasang kakiku melewati trotoar. Jam segini bus sudah tak ada sejak dua jam yang lalu. Jalanan sangat sepi terlebih dengan suasana kota Seoul yang biasanya penuh dengan aktifitas. Menambah keheningan malam yang mencengkam.

 

          Kuedarkan pandangan ke setiap sudut kota. Bangunan-bangunan megah yang memang masih membuat setiap pasang mata kagum walau nampak sepi sekarang. Tapi, sorortan dari cahaya lampu-lampu penuh warna itu masih membuat gedung-gedung itu indah tuk dipandang.

 

          Kalau begini, aku seperti satu-satunya orang yang hidup di kota sepi ini. Seperti di kota asing karna memang tak seperti suasana yang biasanya. Benar-benar pengalaman yang mengagumkan untuk diri sepi ini. Cukuplah untuk mengurangi sedikit beban yang sedang kutampung.

 

          Tak terasa sedari tadi aku berdecak kagum melihat panorama yang sungguh tak pernah terfikirkan olehku dulu, pintu gerbang yang tinggi sudah menunggu kedatanganku untuk kembali. Kutekan bel yang berada di dekat pintu gerbang dan berbicara sebentar dengan orang di seberang intercrhome.

 

          “Rim-ah.. Gwaenchana? Kenapa kau basah kuyup begini? Ya sudah mandi dengan air hangat dulu. Setelah itu istirahatkan badanmu. Arra?”

          “Nae, eomma. Arraso. Saranghae…” kupeluk tubuh yeoja yang sangat kusayang.

 

          Sesampainya di kamar, kutaruh tas diatas ranjang dan bergegas masuk ke kamar mandi. Kurasakan kesegaran air yang menyentuh langsung ketubuhku. Tapi suhunya berbeda dari yang tadi karna kugunakan air hangat seperti saran eomma.

 

          Setelah kugunakan piyama biru kesayanganku, aku merebahkan diri di atas kasur dan menarik selimut hingga kepala. Ini sudah kebiasaanku menggunakan selimut hingga seluruh tubuhku tertutup jika aku merasa kedinginan. Lalu kupejamkan kedua kelopak mataku yang sudah sangat lelah. Berharap ada secercah kebahagiaan baru yang menantiku esok.

 

ooOOOoo

 

 

          “Annyeong, Hye Rim!!” kurasa aku mendengar suara seorang yeoja yang sudah familiar.

          “Ah, annyeong Min Ji-ah!” kubalas sapaannya pagi ini, dan memasang senyum yang sudah beberapa bulan ini terus kupakai untuk melengkungkan bibirku, senyum kesedihan.

 

          Dia merangkul tubuhku, memang ini sudah kebiasaan kami jika bertemu. Tapi sepertinya dia memelukku dengan durasi yang tak biasanya. Coba kutebak, hmm.. Pasti dia sedang merasa senang sekarang.

 

          “Waeyo, Min ji-ah? Apa yang membuatmu merasa senang sekarang? Berilah sedikit ceritamu itu..” Ya, walaupun aku sedang merasa sedih, bukankah sebagai seorang sahabat harus bisa ikut senang untuknya? Memang, Min Ji tau jika aku terus terusan merasa sedih sejak kejadian itu. Namun, segera kututupi agar dia tak merasa sedih juga akan diriku yang menyedihkan ini.

 

          Kurasakan pelukannya yang mulai melonggar dan terlepas. Ia menatapku langsung ke arah manik coklatku. Bibir tipis merah mudanya membentuk lengkungan. Matanya yang indah hanya terlihat seperti garis sekarang. Pipinya yang putih menampakan rona merahnya.

 

          “Kau masih ingat, Rim-ah, namja yang waktu itu kita jumpai di toko buku dekat stasiun?” tanyanya semangat.

          “Ah,, nae arra.. Waeyo?? Ah… Kau bertemu dengannya lagi??” tebakku.

          “Nae. Aku memang tak bisa membuatmu terkejut rupanya, hahaha… Dan kau tau..”

          “.. Kau berkenalan dengannya dengan cara menumpahkan kopi ke kemejanya dan bilang kalau kau tidak sengaja menabraknya. Lalu kau berkata ‘ah, bukankah kita pernah bertemu’ setelah itu bertukar nomor ponsel?” potongku dalam sekali nafas.

          “Ya! Tidak bisakah kau berpura-pura tak tau?” gerutunya sambil menggembungkan pipinya yang sudah chubby.

 

          Aku hanya bisa tertawa melihat kelakuannya saat ini. Sungguh menggemaskan. Dan disaat seperti inilah, hanya dia yang bisa membuatku tertawa lepas dan melupakan tentang sosok yang membuatku bersedih. Kucubit saja kedua pipi gembungnya itu dan berlalu ke kelas. Dan beberapa saat setelah itu, terdengar teriakan kesal dari bibirnya. Aku telah membuatnya berlari mengejarku, hahaha…

 

          Pelajaran hari ini sungguh membosankan untukku. Yah, bukan karna aku tak menyukai pelajaran yang memberikan penambahan ilmu tapi karna songsaengnim yang terlihat tak seperti biasanya. Seperti tak ada niat untuk mentransfer ilmunya kepada murid-muridnya saat ini. Apakah karna mereka sedang mencemaskan ujian kelulusan para sunbae di sekolah ini?

 

          Kukemas buku-buku yang baru saja kugunakan untuk pelajaran matematika sebagai penutup kegiatan belajar hari ini ke dalam tas. Begitu songsaengnim keluar kelas, semua teman-temanku berhamburan pergi menuju pintu dan keluar. Sepertinya bukan hanya aku saja yang ingin cepat-cepat pelajaran hari ini berakhir cepat.

 

          Min Ji melangkah mendekati tempatku. Dia memutar kursi di depanku dan duduk menghadapku. Dugaanku, dia akan mengajakku untuk bertemu dengan namja yang tadi pagi diceritakannya. Dan, yeah, itu benar. Dia memintaku menemaninya ke cafĂ© dekat sekolah. Karna memang aku juga penasaran sehebat apakah namja itu hingga membuat sahabatku yang terkenal susah sekali nyaman dengan namja yang ia kenal atau ia temui itu?

 

          Dan di sini aku sekarang. Hanya menjadi obat nyamuk untuk mereka yang sedang asik mengobrol sedari tadi kami bertemu. Entahlah, aku merasa bosan juga kalau begini. Sepertinya mereka tidak menganggapku ada di sekitar mereka.

 

          Beruntunglah aku bisa meminta ijin untuk pulang walaupun tadi kulihat raut wajah Min Ji yang merasa tak enak kepadaku. Tetap saja kuyakinkan dia kalau aku tak apa. Kusenderkan kepalaku di kaca jendela bus. Menikmati suara lembut JongHyun, biasku dilagu terbaru SHINee, Honesty.

 

          Lirik-lirik yang penuh makna didukung suara indah dari kelima namja tampan yang memadukan berbagai warna suara dalam lantunan yang berhasil membuat buliran turun kembali dari mata sembabku. Entah kenapa, ini membuatku rindu akan seseorang.

 

          Hembusan nafasku semakin mendalam. Merasakan arti-arti lagu yang meraih hatiku untuk menjadi lagu favoriteku kini. Kubuka mataku yang tadi sengaja kupejam. Sepertinya bus ini baru melaju dari sebuah halte yang tadi sempat menjadi pemberhentian sementara.

 

          Ada seorang namja yang tiba-tiba duduk di sebelahku. Tapi aku tak memperdulikannya walaupun penampilannya sangat aneh. Dia memakai kaca mata hitam serta topi yang senada. Lalu syal putih yang melingkar dilehernya.

 

          Aku turun di sebuah halte dan ternyata namja tadi juga ikut turun. Ah, mungkin memang dia mempunyai tujuan untuk turun di sekitar daerah ini, tepisku ketika berpikiran namja itu menguntitku.

 

          Tapi, sungguh aneh. Karna sudah sepuluh menit namja itu berjalan beberapa meter di belakangku. Degup jantungku memacu cepat. Takut jika memang dugaan awalku benar. Apalagi, daerah dekat rumahku kini tampak lenggang. Kupercepat langkah kakiku.

 

          GREPP…

          Hey, ada yang mencengkram tangan kananku kuat. Oh, God, apakah dia orang jahat? Semoga ini bukan dia. Semoga ini eomma yang memintaku berjalan bersama menuju rumah, yah walau kecil kemungkinan.

 

          “Chakhaman!” suara namja.

 

          Kulirik lenganku yang dipengang kuat oleh sebuah tangan putih yang tampak kekar kurasa. Dengan membalikkan tubuhku, kuarahkan wajahku menatap sosok yang menghentikan langkahku.

 

          “Y-young-ah?” Tanyaku tergagap. Seakan semua ini mimpi. Ternyata sejak tadi aku memikirkan sosoknya, aku malah berjumpa langsung dengannya saat ini. Apakah ini mimpi? Kuharap ia.

 

          Kuhempaskan lenganku darinya dan menatapnya tajam. Kemudian membalikkan badan untuk meninggalkannya dengan langkah tegasku. Tapi, lagi-lagi dia mencengkramku kuat.

 

          “Chakhaman, Rim-ah!” kudengar lagi suara yang sudah lama tak kudengar.

          “Wae?” jawabku tajam.

          “Mianhe, jeong…”

          “Bukankah sudah tidak ada alasan lagi untuk kita?” potongku cepat dan berbalik lagi.

          “Jeongmal mianhe, Rim-ah.. Dengarkan aku dulu.” Katanya dengan mencengkram lagi lenganku, tapi cepat kutepis.

 

          Aku benci sekarang. Kalau begini lebih baik tadi aku bosan menjadi obat nyamuk Min Ji dan namja yang baru kami kenal, daripada aku harus duduk berhadapan hanya terpisah dengan sebuah meja dengan namja yang menyiksa hatiku.

 

          “Rim-ah.. Mianheyo, jeongmal. Aku..” katanya memulai perbincangan yang menurutku tak perlu.

          “Cepatlah bicara. Waktuku tidak banyak,” ucapku dingin.

          “Geurae. Aku mohon kau memaafkanku. Mungkin memang aku sudah keterlaluan kepadamu. Tapi, itu terpaksa kulakukan. Kau tahu kan impianku menjadi composer bersama Will.i.Am BEP dan mempunyai panggung kolaborasi?” tanyanya sambil menggigit bibirnya sejenak.

“Jadi, aku harus menyembunyikan hubungan kita dulu, nanti jika waktunya sudah tepat, aku baru akan memberitahu kepada semuanya kalau kau adalah yeojachinguku. Jadi…” lanjutnya yang langsung terpotong olehku.

          “Jadi, sebaiknya kita akhiri sekarang. Aku tak akan menemuimu lagi begitupun denganmu. Anggap setelah ini kita tak saling mengenal. Aku permisi.” Ucapku mengeluarkan unek-unek yang selama ini menyesakkan hatiku.

 

          Aku berlari melewati trotoar yang lenggang. Tapi, walaupun lenggang masih saja aku menabrak beberapa orang yang menghalangi jalur lariku. Dan aku sedikit menyesal karna tanpa sadar aku sedikit menyeret mereka ke dalam masalahku. Padahal  mereka tak ada yang kukenal tapi dengan sengajanya kutabrak saja dengan tubuhku.

 

          Kudengar juga langkah lari seseorang dibelakangku. Itu pasti Jin Young. Dia berhasil mencengkram lenganku, itu membuat lengan kananku memerah sekarang. Karna dia menambah kekuatannya.

 

          “Jebal, Rim-ah. Dengarkan aku dulu. Aku…”

          “Sudah cukup semua ini Jin Young-sshi.” Aku menyebutnya dengan akhiran ‘sshi’. Aku yakin dia terkejut mendengarku mengatakan itu kepadanya.

          “Rim-ah.. Kau memanggilku apa?” tanyanya terperangah.

          “Jin Young-sshi. Jangan ganggu kehidupanku lagi. Kau pikir waktu yang kulalui ini mudah seperti membalikan telapak tangan?! Kau pikir aku tak punya perasaan hingga kau sakiti terus menerus?! Kau pikir kau namja terbaik untukku, hah?! Kau pikir sehebat apakah dirimu menjadi namja terbaik untukku?!!” emosiku pecah sudah.

 

Sebenarnya ada segurat penyesalan ketika aku memarahinya. Karna yang kutahu, dia mudah sekali tersentuh perasaannya. Tapi, egoisku sudah meluap-luap meluber dari tempatnya dan dia yang menjadi sasaran segalanya.

 

          Kurasakan longgaran dari cengkramannya dan terlepas. Tatapannya seakan menanyakan ‘sebegitukah kau membenciku’. Seperti yang sudah biasa dia lakukan, dia menggigit bibirnya yang kini basah karna butiran cairan bening.

 

          Dia menangis. Aku tertegun melihatnya. Selama ini jika ia merasakan sakit hatinya maksimal kedua matanya hanya memerah dan ia akan menengadahkan kepalanya agar butiran bening itu tak terjun bebas. Tapi tidak dengan saat ini.

 

          Rahangnya yang membuka bergetar. Matanya yang indah juga memerah. Wajahnya juga sudah basah. Dan satu-satunya harapan, aku ingin hujan turun sekarang. Agar aku tak harus melihatnya meneteskan air mata. Agar aku tak harus mengubah pikiranku untuk melupakannya. Oh, God.

 

          Kubalikkan kembali tubuhku membelakanginya. Menarik nafas dalam dan menghembuskannya panjang. Mencoba menguatkan hati. Bahwa keputusanku benar. Dan aku berlari menjauhinya.

 

          Berhenti. Perlahan kulangkahkan kakiku kembali menujunya. Mendekap erat tubuhnya yang lebih tinggi dariku. Menepuk punggungnya dan ikut menangis bersamanya. Entahlah, kenapa begitu cepat aku mengubah pikiranku terhadapnya.

 

          Sepertinya aku memang harus melewati jalan panjang yang terbentang di depan sana. Menahan segala rasa yang membuatku tertekan. Dan dengan langkah mantap aku mencoba melewati jalan itu. Semoga saja.

 

          Walaupun aku harus sendirian lagi. Walaupun aku harus menikmati dinginnya malam yang mencekam tanpanya. Walaupun aku harus merahasiakan statusku dengannya. Walaupun aku hanya ditemani kesunyian hati. Walaupun aku hanya bisa melihatnya di layar kaca. Walaupun banyak yeoja yang menginginkannya. Tapi semoga dia akan tetap mencintaiku seperti janjinya.

 

--END--

 

 

          Akhirnya kelar juga yah,,, ini FF author ketik pas lagi galau *yah ketahuan*,, Semoga membekas dihati *apadeh*… Gomawo sudah nyempetin baca FF gaje ini.. Okehh,, silakan kritik+saran+dsbnya….. Sampai jumpa di FF selanjutnya *ngarep* *bow

 

Sudah pernah dipublish in other blog and note FB, tapi di hapus, dan dikumpulkan dalam blog ini..
So, jangan anggap ini hasil plagiat, karena ini murni bikinan Author
Written: @Arakida still on BLING BLING ^^
DON'T COPY THIS POST IN OTHER BLOG OR SITE!!!! 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar