Yuhuu yuhhuuuu~ *joget sinchan*..
Author gaje datang lagi…. Kali ini bawa lanjutan FF ‘Heartbreak’ nehh….
Di chapter ini
aku cantumin sekalian artinya, tapi mian kalo salah, intinya kalo korea tergantung
kalimatnya dan kondisi serta situasi, huahaha kayak apa yak..
Oya ratingnya aku jadiin PG-15 aja
yah, bingung sih, hehe… Oke deh,, langsung aja kita capcus ke chapter 6…
Monggo~~
Tittle : Heartbreak
Author : Muna Arakida aka HyeRim
Genre : Romance,
Friendship
Rating : PG-15
Length : Chapter
Cast : Cho
HyeMi (OCs)
Choi MinHo (SHINee)
Park EunJung (OCs)
Kim HaNi (OCs)
And Other Cast
Desclimer : FF
ini meluncur dari otakku. Jadi asli BIKINANKU. Dan ini hanya cerita fiksi
belaka. NO BASHING here!
“Ne? (ya?)” suara berat terdengar
walau jarak mereka berjarak tidak dekat.”
“Mianhe (maaf). Bisakah kita mengobrol
sebentar?” suara seorang yeoja rupanya.
Kedua makhluk ciptaan Tuhan itu tengah
duduk di salah satu bangku taman yang ada di gedung besar dengan bau
obat-obatan yang menyengat. Rambut pirang si pemakai baju dengan celana yang
menjadi ciri khas gedung itu tergurai dan menari dengan alunan angin halus.
Udara sudah cukup dingin senja ini.
Namun sepertinya mereka masih terlalu asyik dengan acara mengobrol yang kian
menghangat. Sesekali terlihat kecanggungan namun masih bisa mereka lawan dengan
gurauan kecil.
“Mm, agasshi (nona) sepertinya ini
sudah terlalu petang. Aku yakin orang tuamu akan panik mencarimu. Mari kuantar,
agasshi..”
“Ah.. ne. Mianheyo (maaf), panggil
saja aku EunJung-sshi (Nn. EunJung). Jika itu tak membuatmu keberatan, gomawoyo
(terima kasih).”
Mereka jalan beriringan melewati
hijaunya rerumputan, menyusuri lantai dingin lorong-lorong yang kini tak
seramai siang tadi. Sesekali EunJung menyapa suster yang memang sudah mulai
dikenalinya. Kehangatan terasa jelas.
“Ya! EunJung-ah! Dari mana saja kau?
Kau tak kenapa-napa kan? Eomma (ibu) sangat menghawatirkanmu. Ada yang sakit?
Di sini? Atau sini?” kedua tangan yeoja berambut sanggul itu merambahi tubuh
berbalut kemeja biru anak kesayangannya.
“Ne eomma, mianheyo (Ya ibu, maaf).
Nan gwaenchana (Aku tidak apa-apa). Tak usah khawatir. Ah.. ne. Ini teman
baruku. Dia namja (pria) baik yang terkenal di rumah sakit ini, eomma. Dia
sangat baik.”
“Annyeong haseyo, ahjumma. Jeoneun Cho
KyuHyun imnida. Bangapseumnida (Halo, bi. Saya Cho KyuHyun. Senang bertemu
anda.)”
ooOOOoo
“Ya! Jawab aku sekarang!! Apa maksud
perkataanmu tadi, hah?”
“Chakhaman (tunggu), MinHo-ah.. Kau salah paham! Aa.. aa.. Dengarkan dulu penjelaskanku.”
“Chakhaman (tunggu), MinHo-ah.. Kau salah paham! Aa.. aa.. Dengarkan dulu penjelaskanku.”
Makhluk berseragam merah kotak-kotak
tengah memperdebatkan suatu masalah. Masalah yang sukses membuat namja yang
menggulung lengan kemeja putih dibalik rompi merah kotak itu membelalakan
matanya yang memang sudah besar bertambah besar.
“Ya! Harus mendengarkan apa lagi dari
yeoja (wanita) pendusta sepertimu, hah!” gertakan gigi ikut meramaikan
perbincangan yang kian memanas.
“Ya, MinHo-ah! Aku bukan yeoja seperti
itu!! Kaulah yang pendusta! Pendusta cinta! Pendusta kata-kata manis yang dulu
kau gunakan untuk merayuku! Pendusta mengatakan bahwa aku yeoja satu-satunya
yang memenuhi hati dan pikiranmu!! Kau pendusta segalanya, Choi MinHo!!!!”
teriakan yeoja yang sedari tadi hanya menahan amarahnya pun pecah sudah.
Membuat siswa yang lalu lalang terhenti sejenak dari aktifitas yang tengah
dijalani.
Merasa banyak pasang mata yang
memperhatikan mereka, dengan kesal MinHo meninggalkan HaNi yang masih belum
meredamkan emosinya. Bahkan terlihat sekali wajah putihnya memerah sudah
seperti kepiting rebus yang disiram saus tomat. Walaupun ia sendiri juga merasa
jengah masih diperhatikan dengan tatapan aneh teman sekolahnya.
MinHo menghentakan kakinya kasar
disetiap langkahnya menuju toilet sekolah. Diputarnya kran dengan kasar.
Seketika tangannya basah. Ia cipratkan buliran air yang tersisa ditangannya ke
wajah yang masih memerah. Kedua tangannya menumpu diwatafel putih yang
diatasnya terdapat cermin yang kini terdapat pantulan wajah namja itu menunduk.
Tangan yang kini mulai mengering
mengacak-acak rambut lebatnya. Melampiaskan kekesalan yang masih
menyelimutinya. Banyak sekali yang meraung-raung dipikirannya. Memenuhi hingga
mendesak ingin lepas dari kendali kerja otaknya.
Sudah lima belas menit namja berambut
tebal yang berantakan tak beraturan itu terdiam masih dengan posisi kedua
tangannya menumpu pada dinding wastafel. Entahlah, rasanya ia sudah ingin
keluar dari tadi, namun ia urungkan kembali niatnya. Hatinya masih bergejolak
tak tentu.
Dilain tempat, HaNi tengah pergi ke
kelasnya. Menyambar tas tangannya dengan cepat dan segera berlari keluar. Tak
lupa sebelum pergi ia menitipkan pesan kepada teman sekelasnya. Pesan bahwa ia
tak akan mengikuti sisa pelajaran hari ini.
Si pemilik sepatu sneakers orange itu
tengah berlari kecil menyusuri trotoar. Berhenti di halte bus yang tampak
lenggang kemudian masuk ke dalam bus besar yang berhenti tepat didepan wajahnya
yang sembab.
Kepalanya menyandarkan ke kaca di sampingnya.
Tangan bergetarnya tengah menghapus air mata yang terus mengalir tak berhenti.
Sesekali ia pukulkan dadanya dengan kepalan tangan kanannya sekedar mencoba
menghilangkan rasa sesak yang mendesak.
Hingga benda berbenumpang itu
berhenti, HaNi menurunkan kakinya dari pintu bus. Disampirkan tas coklatnya di
bahu kiri. Tangan kanannya masih bekerja seperti tadi. Mencoba mengeluarkan unek-unek
yang sudah lama ia pendam. Unek-unek yang cukup menyiksa batinnya.
“….senang kau di sana, huh? Sendirian
melihatku terpuruk setelah kepergianmu. Kau tau, aku masih merasa kalau kau
selalu berada disampingku. Menemaniku… hiks.. kau.. kau… hiks.. kenapa kau tak
membawaku bersamamu.. hikss.. Aku tersiksa di sini…”
Benda bening lagi yang keluar. Bahkan
sepertinya bendungan yang kuatpun sudah tak mampu lagi menahan luapan emosi
yang sejak sejam yang lalu mengendap didalam hatinya.
Sendiri. Ia sendiri. Jika ada
seseorang yang melihat dari jauh pasti akan berpikiran kalau yeoja yang kini
berlutut tengah kehilangan kejiwaannya. Memang ia sendiri, hanya ditemani
sebuah gundukan besar yang dilapisi rumput hijau. Tak jauh darinya terlihat
beberapa bangunan yang selama ini menemaninya. Namun itu semua jauh di sana. Di
bawah bukit tempatnya ia berpijak kini.
Benda coklat yang tadi berada dibahu
kirinya tergeletak bebas di hamparan pasir dan rumput di sekitar yeoja itu.
Yeoja yang kini bahunya naik turun tak berirama. Yeoja yang tengah menundukan
wajahnya hingga rambut coklatnya yang tergerai itu menutupi wajahnya yang sudah
basah sejak tadi. Sejak sebelum ia tiba di tempat sepi ini.
Kedua tangan putihnya berada di atas
gundukan hijau dengan sesekali membuat pukulan kecil. Isakannyapun masih
terdengar. Bahkan bertambah volume suaranya. Berteriak beberapa menit setelah
ia berhenti bergumam tak jelas. Tampak frustasi.
ooOOOoo
“Sebaiknya kita telpon Choi ahjusshi
(Pak Choi) dan Choi ahjumma (Bu Choi) mengenai keadaanmu sekarang. Setidaknya
kita harus memberi kabar kepada mereka.”
“Shireo, Bumie-ah! (Jangan,
Bummie-ah!) Mereka takkan peduli dengan keadaanku. Jadi, jangan sia-siakan
usahamu itu.”
Yeoja lemah yang tengah berbaring di ranjangnya
dengan ditemani sahabat yang berusaha melindunginya tengah bercakap. Walau
sebenarnya yeoja itu, HyeMi merasa lelah namun ia masih ingin ditemani
seseorang yang telah menjadi sahabatnya dari kecil.
“Tapi, pinguin…”
“Sudahlah, Bumie-ah. Aku tak mau
mengungkit itu lagi. Ah.. Bisakah kau menceritakan cerita lucu padaku?”
“Ne? ah.. ne ne….”
Tak mereka sadari waktu telah
menunjukan waktu malam. Pinguin-nya KiBum juga telah terlelap dalam tidurnya.
Sebelum ia pergi, tangan pucat yeoja yang sangat disayanginya diusapnya pelan.
Tersirat dari sorot matanya bahwa ia enggan meninggalkan yeoja yang telah sibuk
dengan bunga tidurnya. Namun, ia tak punya pilihan lain. Ia akan mencoba
menelpon eommanya dulu untuk meminta ijin. Walau sebenarnya tanpa memintanya
pasti beliau akan mengijinkan.
ooOOOoo
“JongHyun-ah! Ya! Jangan lari kau!
Kembalikan catatanku! Aku sedang mengerjakan tugas dari Baek Songsaengnim (Guru
Baek). Aku tak mau mengecewakannya lagi seperti yang sudah-sudah. JongHyun-ah!
Arrghh…”
“Mwo! Ya, HyeMi-ah, gwaenchanayo?
(hey, HyeMi-ah, tidak apa-apa?) Mianhanda (aku minta maaf).”
“Ya! Kembalikan bukuku!! Kemarikan!!!
Aku adukan pada KyuHyun oppa (Kak KyuHyun) kalau begitu! KyuHyun opp.. mmfh…”
“Ya! Ssstt… Bisakah kau diam? Nanti
KyuHyun hyeong (kak KyuHyun) akan memarahiku. Ishh.. kau ini.. Ini aku
kembalikan.”
“JongHyun-ah!!...”
ooOOOoo
Ya! Choi KyuHyun?? Kenapa ada Choi KyuHyun?
Dengan EunJung pula??? Semakin memanas juga nih MinHo sama HaNi.. Eh eh eh, ada
apa dengan HaNi? HaNi lagi ngapain? Nangis? Ih waw.. Siapa juga yang dimaksud
HaNi? Kasian ya HyeMi, lagi sakit tapi orang tuanya ngga bakal peduli..
JongHyun??? Bukankah sudah meninggal?? Lalu ada apa sekarang, kenapa ada
JongHyun???
~~TBC~~
Wahahay,, gimana gimana?? Semakin
rumit aja nih.. Apa prediksi kalian untuk chapter selanjutnya?? Sepertinya
kalau ngga ada halangan chapter selanjutnya akan aku share besok. Entah itu
chapter terakhir atau bukan.. Tergantung nanti yah….
Okee…*dari tadi oke mulu| apa iya? |
udah ah cepetan* minta kritik, saran dan
pendapat temen2 semua….
Sampai ketemu dichapter selanjutnya…….
^^v
Sudah pernah dipublish in other blog and note FB, tapi di hapus, dan dikumpulkan dalam blog ini..
So, jangan anggap ini hasil plagiat, karena ini murni bikinan Author
Written: @Arakida still on BLING BLING ^^
DON'T COPY THIS POST IN OTHER BLOG OR SITE!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar